~ Surat Seorang IBU kepada Anaknya ~

Tuesday 22 November 2011
Anakda permata hati ibu..
Seandainya ada yang berbuat baik kepadamu, nescaya ibu akan tak henti-henti berterima kasih kepadanya. Sementara ibu telah sekian lama berbuat baik kepada dirimu. Manakah balasan dan terima kasihmu pada Ibu? Apakah engkau sudah kehabisan rasa kasihmu pada Ibu? Ibu tertanya-tanya, dosa apakah yang menyebabkan dirimu enggan melihat dan mengunjungi Ibu? Baiklah, anggap Ibu sebagai pembantu, mana upah Ibu selama ini?



Anakda cahaya hati ibu...
Ibu hanya ingin melihatmu saja. Lain tidak. Bila tiba saatnya kau akan merasakan dengan apa yang ibu rasakan pada waktu ini baru kau sedar akan peritnya dirundung kerinduan, sekaligus duka dan kesedihan? Ibu tidak tergamak untuk mengadu kedukaan hati ini kepada Dzat yang Maha Tinggi. Ibu juga tidak akan menceritakan kepedihan ini kepada orang lain. Sebab, ini akan mengheratmu kepada kedurhakaan. Musibah dan hukuman pun akan menimpamu di dunia ini sebelum di akhirat. Ibu tidak akan sampai hati melakukannya.
Anakda jiwa raga ibu...
Walaupun bagaimanapun engkau masih buah hatiku, bunga kehidupan dan permata cahaya diriku...

Anakda permata cinta ibu...
Perjalanan tahun demi tahun akan menumbuhkan uban di kepalamu. Dan setiap balasan dari jenis amalan yang dikerjakan. Nantinya, engkau akan menulis surat kepada keturunanmu dengan linangan air mata seperti yang Ibu alami. Di sisi Allah, kelak akan berhimpun sekian banyak orang-orang yang mengecewakan.
Anakda yang amat ibu sayang...

Takutlah engkau kepada Allah kerana kedurhakaanmu kepada Ibu. Sekatlah air mata ibu, ringankanlah beban kesedihan ibu. Terserahlah kepadamu jika engkau ingin merobek-robek surat ini. Ketauhilah, "Barangsiapa beramal soleh maka itu buat dirinya sendiri. Dan orang yang berbuat buruk, maka itu (juga) menjadi tanggungannya sendiri."

Anakda yang ibu rindui...
Ingatlah saat engkau berada di perut ibu. Ingat pula saat tiba hari kelahiran yang sangat mencemaskan. Ibu merasa dalam keadaan hidup atau mati. Darah bercucuran tumpah, itulah nyawa Ibu. Ingatlah saat engkau menyusu. Ingatlah belaian sayang dan keletihan. Ingatlah saat engkau sakit. Ingatlah..... ingatlah..... kerana itu, Allah menegaskan dengan wasiat: "Wahai, Rabbku, sayangilah mereka berdua seperti mereka menyayangiku waktu aku kecil."

Anakda dengarlah kini...
Allah berfirman, "Dan dalam kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang berakal..." (Yusuf: 111)
Pandanglah teladan dalam Islam, supaya engkau memperolehi gambaran bakti anak kepada orang tuanya."

Masihkah Ada Harapan?

Thursday 10 November 2011
Mari kita berfikir sejenak, untuk kita merenungkan kembali masa lalu kita, apakah ia dihiasi dengan DOSA atau PAHALA? Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadap-Nya? Dosa-dosa ibarat noda-noda. Ia akan menggelapkan hati kita hingga hati kita semakin sulit memperoleh hidayah-Nya. Dosa-dosa itu, kecil atau besar, akan mempengaruhi hati dan jiwa kita. Dan pengaruhnya, kata Imam Ibnul Qayyim, seperti racun dalam tubuh. Diri kita pada akhirnya semakin berkeinginan kuat berbuat maksiat. Oleh karena itu, janganlah kita pernah meremehkan dosa sekecil apa pun atau kita akan terus menerus melakukan dosa itu!
"Aku adalah seorang yang banyak berbuat maksiat, tapi aku ingin bertaubat kepada-Nya, apakah Tuhan masih mahu menerima dan mengampuniku?"
Sebanyak apa pun dosa-dosa yang telah kita lakukan, janganlah kita berputus asa mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Apabila hati kita sudah mengeras membatu, yang membuat hati kita sukar khusyu' ketika mengingat-Nya, janganlah kita berhenti berharap kepada-Nya.
Janganlah kita merasa bosan untuk berdiri di depan pintu-Nya, meskipun kita diusir. Dan janganlah kita berhenti untuk memohon maaf, meskipun permohonan kita itu ditolak. Jika pintu tersebut dibuka untuk orang-orang yang diterima amalnya maka bertingkahlah seperti anak kecil. Hulurkan tangan kita ke arah pintunya itu, dan katakanlah, 'Saya adalah orang miskin, berilah sedekah kepada saya'. Teruslah berusaha, sampai kita merasakan cahaya masuk ke dalam hati kita. Semakin lama cahaya itu semakin besar sehingga membuat dosa-dosa itu tersingkir keluar dari hati kita.
Harapan sentiasa ada untuk kita selama kita terus berusaha dan tidak berputus asa. Dengan harapan itu, kita akan mengetahui betapa besarnya kasih sayang Allah. Syeikh Said Hawwa dalam bukunya, Jalan Ruhani, mengatakan agar kita terus berzikir sekalipun pada saat awal zikir kita belum merasakan ketenteraman hati. Hingga pada akhirnya nanti, Allah akan memberikan ketenteraman dalam hati kita. Begitupun dengan anjuran Syeikh Muhammad al-Kandahlawy dalam bukunya, Fadhail Amal, berusahalah untuk menangis ketika membaca ayat-ayat al-Quran. Kalau tidak boleh, berpura-puralah menangis. Tangisan itu akan memberikan kitaa kesegaran dan kesegaran akan memberikan kita ketenangan.
Allah tidak mungkin menjauhi kita selama kita berusaha mendekat diri kepada-Nya. Allah tidak akan mensia-siakan amalan kita kerana Dia menyukai orang-orang yang berbuat baik. Kuatkan tekad kita untuk terus berada di mihrab taubat. Usirlah syaitan dengan amal-amal kita, nescaya mereka akan lari. Allah akan memberikan pencerahan kepada kita dengan kebaikan yang kita lakukan. Sebagaimana Imam al-Ghazali mendapatkannya, setelah sebelumnya bermujahadah di jalan-Nya. Tidakkah kita mengenangnya dalam sejarah sebagai ulama soleh yang hidup dalam ketaatan?
Wahai sahabatku, berusahalah dan teruslah berusaha walaupun hati kita sekeras batu hari ini. sentiasalah bermuhasabah diri, koreksi diri n nilai tahap amalan yang telah kita lakukan, adakah setimpal dengan nikmat yang telah Allah berikan. wahai sahabatku yang disayangi marilah kita terus Berusahalah selagi diberi peluang, kerana harapan itu sentiasa ada.