Masihkah Ada Harapan?

Thursday 10 November 2011
Mari kita berfikir sejenak, untuk kita merenungkan kembali masa lalu kita, apakah ia dihiasi dengan DOSA atau PAHALA? Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadap-Nya? Dosa-dosa ibarat noda-noda. Ia akan menggelapkan hati kita hingga hati kita semakin sulit memperoleh hidayah-Nya. Dosa-dosa itu, kecil atau besar, akan mempengaruhi hati dan jiwa kita. Dan pengaruhnya, kata Imam Ibnul Qayyim, seperti racun dalam tubuh. Diri kita pada akhirnya semakin berkeinginan kuat berbuat maksiat. Oleh karena itu, janganlah kita pernah meremehkan dosa sekecil apa pun atau kita akan terus menerus melakukan dosa itu!
"Aku adalah seorang yang banyak berbuat maksiat, tapi aku ingin bertaubat kepada-Nya, apakah Tuhan masih mahu menerima dan mengampuniku?"
Sebanyak apa pun dosa-dosa yang telah kita lakukan, janganlah kita berputus asa mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Apabila hati kita sudah mengeras membatu, yang membuat hati kita sukar khusyu' ketika mengingat-Nya, janganlah kita berhenti berharap kepada-Nya.
Janganlah kita merasa bosan untuk berdiri di depan pintu-Nya, meskipun kita diusir. Dan janganlah kita berhenti untuk memohon maaf, meskipun permohonan kita itu ditolak. Jika pintu tersebut dibuka untuk orang-orang yang diterima amalnya maka bertingkahlah seperti anak kecil. Hulurkan tangan kita ke arah pintunya itu, dan katakanlah, 'Saya adalah orang miskin, berilah sedekah kepada saya'. Teruslah berusaha, sampai kita merasakan cahaya masuk ke dalam hati kita. Semakin lama cahaya itu semakin besar sehingga membuat dosa-dosa itu tersingkir keluar dari hati kita.
Harapan sentiasa ada untuk kita selama kita terus berusaha dan tidak berputus asa. Dengan harapan itu, kita akan mengetahui betapa besarnya kasih sayang Allah. Syeikh Said Hawwa dalam bukunya, Jalan Ruhani, mengatakan agar kita terus berzikir sekalipun pada saat awal zikir kita belum merasakan ketenteraman hati. Hingga pada akhirnya nanti, Allah akan memberikan ketenteraman dalam hati kita. Begitupun dengan anjuran Syeikh Muhammad al-Kandahlawy dalam bukunya, Fadhail Amal, berusahalah untuk menangis ketika membaca ayat-ayat al-Quran. Kalau tidak boleh, berpura-puralah menangis. Tangisan itu akan memberikan kitaa kesegaran dan kesegaran akan memberikan kita ketenangan.
Allah tidak mungkin menjauhi kita selama kita berusaha mendekat diri kepada-Nya. Allah tidak akan mensia-siakan amalan kita kerana Dia menyukai orang-orang yang berbuat baik. Kuatkan tekad kita untuk terus berada di mihrab taubat. Usirlah syaitan dengan amal-amal kita, nescaya mereka akan lari. Allah akan memberikan pencerahan kepada kita dengan kebaikan yang kita lakukan. Sebagaimana Imam al-Ghazali mendapatkannya, setelah sebelumnya bermujahadah di jalan-Nya. Tidakkah kita mengenangnya dalam sejarah sebagai ulama soleh yang hidup dalam ketaatan?
Wahai sahabatku, berusahalah dan teruslah berusaha walaupun hati kita sekeras batu hari ini. sentiasalah bermuhasabah diri, koreksi diri n nilai tahap amalan yang telah kita lakukan, adakah setimpal dengan nikmat yang telah Allah berikan. wahai sahabatku yang disayangi marilah kita terus Berusahalah selagi diberi peluang, kerana harapan itu sentiasa ada.

0 comments:

Post a Comment